-:- OM SWASTYASTU -:-
Blog ini merupakan pengembangan dari 'Media Pendidik dan Pendidikan'
http://mudiartana.blogspot.com

Mengenai Saya

Foto saya
Merupakan tugas pokok guru untuk berbagi pengetahuan

Pengikut

Minggu, 25 Desember 2011

KISAH LAHIRNYA GONG BERUK


Masyarakat Banjar Bangle sekarang ini mewarisi sebuah Pura yang bernama Pura Pemaksan Bangle. Sudah tentu Pura ini dibangun oleh para leluhur yang sejak awal bermukim di Banjar Bangle. Yang berstana di pura ini adalah Ida Bhatara Bagus Pemaksan, merupakan putra atau manifestasi dari Ida Bhatara Lingsir yang berstana di Pura Puseh Desa Pakraman Sega. Pujawali di Pura Pemaksan Bangle dilaksanakan setiap dua tahun sekali bertepatan dengan Purnamaning sasih Katiga.

Mengungkap sejarah satu kejadian dengan tanpa adanya peninggalan tertulis, kiranya amat sulit apalagi hanya mengandalkan ceritra masyarakat secara turun temurun. Namun demikian khusus tentang kisah lahirnya Gong Beruk di Banjar Bangle ini, walaupun tidak ada peninggalan tertulis, kisah dari para tokoh masyarakat atau para tetua yang dapat dipercaya bahwa mereka menerima ceritera dari para pendahulunya secara berkesinambungan sampai sekarang, kiranya kisah tersebut sudah mendekati pada kebenaran. Adalah seorang tokoh tua bernama I Wayan Sanu berkisah, didampingi para tetua lainnya seperti Kelian Banjar Bangle, Jero Mangku Pura Pemaksan Bangle, dll mengisahkan sebagai berikut :

“Dahulu kala setelah Pura Pemaksa Bangle selesai dibangun, maka dilaksanakan Upacara Yadnya yaitu Dewa Yadnya seperti Melaspas, Ngenteg Linggih lanjut Ngaturang Pujawali atau piodalan. Di dalam warga Banjar Bangle melaksanakan Yadnya atau Dewa Yadnya, sudah tentu tidak lepas dengan yang namanya Seni Tari dan Seni Tetabuhan. Untuk mengiringi tari – tari sakral yang dibawa dari Sega, belum ada gamelan. Kebetulan ada salah seorang warga yang memiliki darah seni, memiliki sebuah Terompong Beruk yang dipakai hiburan disaat ia telah selesai melaksanakan kegiatan sehari – hari sebagai petani. Terompong beruk ini dipinjam oleh para prajuru Pura Pemaksan Bangle di boyong ke Pura. Secara sepontanitas dilengakapi lagi dengan Suling, Kendang, memakai dua ruas bambu yang dipukulkan pada tanah, rincik atau cengcengnya dipakai besi rusak – rusakan singkal dan kejen (alat membajar tradisional), sehingga jadilah satu perangkat gamelan yang sangat sederhana namun sangat bermakna untuk mengiringi tarian – tarian wali atau tarian sakral yang dipersembahkan guna melengkapi Yadnya yang digelar.

Mengingat demikian pentingnya satu perangkat gamelan, sedangkan untuk membeli seperangkat gong yang harganya demikian tinggi, sudah tentu masyarakat Bangle yang kebanyakan hidupnya pas-pasan, tidak mampu. Maka setelah selesai melaksanakan Yadnya di Pura Pemaksan Bangle, beberapa bulan berikutnya, para panglisir Banjar Bangle merembug dengan para prajuru pura, untuk pembuatan satu perangkat (barung) gamelan, tiada lain adalah gamelan gong beruk. Mengapa dikatakan Gong Beruk, karena terompong beruk satu – satunya perangkat gamelan yang ada dilengkapi lagi dengan Gangsa, Curing, Jublag, Jegog, semuanya dari bilah – bilah kayu lengkap dengan beruk dimasing – masing bilah kayu tersebut. Sedangkan gongnya dibuat dari bilah bambu petung atau kayu lekukun sedangkan pelawah dibawahnya dipakai sebuah waluh (labu) besar agar menghasilkan suara yang mengalun (bergema panjang). Cengcengnya dibuat dari besi bekas singkal dan kejen yang telah rusak (alat membajak tradisional). Jadilah seperangkat Gong Beruk, yang sangat berguna untuk dipakai mengiringi tarian wali atau tarian sakral di saat melaksanakan upacara Dewa Yadnya di Pura Pemaksan Bangle, dan Gong Beruk ini merupakan satu keharusan di tabuh di Pura Pemaksan Bangle disaat Pujawali atau Piodalan, walaupun di Banjar Bangle sejak puluhan tahun yang lalu telah mampu membeli seperangkat (satu barung) Gong Kebyar yang lengkap. Demikianlah sekelumit kisah lahirnya Gong Beruk di Banjar Bangle.


Komentar :

ada 0 komentar ke “KISAH LAHIRNYA GONG BERUK”

Posting Komentar

Tuliskan Pesan/Kesan Anda!

Lencana Facebook

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Mudiartana